Jangan Sembarangan Pasang Behel

Rabu, 21 Januari 2015 - 10:18 WIB
Jangan Sembarangan Pasang...
Jangan Sembarangan Pasang Behel
A A A
SEMULA bertujuan merapikan gigi, behel kini beralih fungsi menjadi aksesori penambah gaya. Behel lepas pasang atau permanen ini banyak ditawarkan online shop .

Padahal, pemasangan behel sembarangan amat berisiko. Ketik saja “jual behel” di mesin pencari Google . Maka, akan muncul sederet online shop yang menawarkan aneka jenis behel, baik di dalam maupun luar kota. Tak hanya itu, malah ada beberapa online shop yang tak hanya menjual ragam behel (kawat gigi), mereka juga turut menjual berbagai peralatan gigi untuk pemasangan behel tersebut.

Fashion braces belakangan ini memang tengah populer di kalangan remaja dan orang dewasa. Dengan alasan gaya ataupun memang ingin merapikan gigi dengan harga murah meriah. Padahal, kita tidak dapat memastikan material bahan braces yang digunakan. Apakah aman untuk di dalam mulut atau tidak, apakah bahannya bisa larut jika terkena saliva, apakah juga bereaksi jika terkena saliva, bereaksi jika mengenai jaringan lain yang ada di dalam mulut, dan sebagainya.

“Kebayang enggak kalau bahannya ternyata dari logam yang berbahaya jika masuk ke dalam saluran cerna. Sementara bahan-bahan yang boleh dipakai di kedokteran gigi harus aman, tidak memberikan reaksi untuk tubuh,” kata drg Adianti.

Dia melanjutkan, modus yang dilakoni mereka yang membeli behel secara online cukup cerdik. Pasang behel di ahli gigi, sementara untuk kontrol barulah ke dokter gigi. Lumayan menghemat rupiah.

“Kebetulan ada pasien dari kolega saya yang melakukannya, saat diperiksa ternyata bracket untuk gigi atas dipasang untuk gigi bawah dan sebaliknya. Bracket bentuknya kotak dan ada slotnya, slotnya horizontal, tapi dipasangnya vertikal. Kalau sudah begini, kasihan pasiennya sendiri,” beber dokter gigi yang tengah mengenyam pendidikan dokter gigi spesialis ortodonti di Universitas Sumatera Utara ini.

Sementara soal alat-alat dokter gigi yang dijual secara bebas, Adianti juga sangat menyayangkan. Alat-alat tersebut hanya boleh digunakan dokter gigi. Kawat niti misalnya, sifatnya yang amat lentur membuat penggunaannya harus sangat hati-hati. Sembarangan memasang, gerakan kawat niti menjadi tidak terkontrol. Alhasil, gigi pun bisa jadi makin berantakan.

“Padahal dokter gigi saja tidak kompeten untuk merawat dengan orto cekat (behel permanen), apalagi ahli gigi,” ujar wanita 29 tahun ini. Sejatinya pemasangan behel utamanya berguna untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan sebagainya. Baru kemudian menyusul fungsi estetika. “Pemasangan kawat gigi yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi gusi akibat kualitas kawat, membuat gusi berdarah, dan lebih parahnya membuat penularan penyakit dan menyebabkan kematian,” kata DR Sony Swasonoprijo drg Sp Ort.

Behel yang dipasang sembarangan dapat merusak letak dan fungsi gigi yang sebenarnya. Bracket yang dipasang pada gigi dapat menekan dan menggeser gigi yang sudah rapi dan membuat tulang gigi di bawahnya bergeser, goyah, bahkan lepas. Setelah memasang behel, Sony mengingatkan agar pasien ekstrarajin dalam membersihkan kotoran di selasela bracket , kawat, dan gigi. Lebih sempurna lagi menggunakan obat kumur untuk membersihkan dari bakteri dan sisa makanan.

Daripada rugi waktu dan biaya, serta makin memperparah kelainan yang ada, urusan pemasangan behel sebaiknya diserahkan kepada spesialis ortodonti yang memang sudah jelas kompetensinya. Bukan ingin mengincar yang murah, namun malah membahayakan kesehatan, dan akibatnya biaya yang dikeluarkan justru malah lebih besar.

Memang harga yang diberikan rumah sakit atau klinik dokter spesialis Ortho memang tinggi, mengingat kualitas dan keamanan bahan yang digunakan, termasuk kepakaran sang spesialis gigi. Di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP), pemasangan behel mulai dari Rp3.500.000 hingga Rp4.000.000, bergantung bracket yang digunakan.

Sementara di klinik spesialis ortodonti di Jakarta antara Rp8.000.000– Rp20.000.000. Kisaran Rp20.000.000 untuk behel dengan sistem self ligating atau bracket lingual yang dipasang di dalam mulut. Memang mahal, mengingat bahannya juga tidak murah.

“Sebenarnya harga sangat bergantung pada bahan (sistem bracket-nya apa), tingkat kesulitan kasus, dan kepakaran dari spesialis gigi. Misalnya, tidak mungkin dokter gigi yang baru menjadi spesialis ortho mematok harga sama dengan spesialis ortho yang sudah praktik tahunan,” kata drg Adianti.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0710 seconds (0.1#10.140)